Masih ingat dengan konten iklan yang berhasil menurunkan cost per result di client saya ini ?
Terpantau di pertemuan keempat, ternyata penjualan dari konten iklan tersebut masih dikalahkan oleh konten lain.
*disclaimer, cara tracking pembelian masih menggunakan upload offline conversion. Data yang muncul tidak sama persis dengan aslinya karena offline conversion mempunyai kekurangan di akurasi
Dikarenakan konten iklannya itu mengandung unsur emosional yang secara gak sengaja menarik orang-orang yang sedang merintis usaha dengan keadaan yang masih mengenaskan. Somehow, dari iklan tersebut client saya memang betul mendapatkan lead lebih banyak tapi isinya orang curhat keadaan bisnis yang sedang dirintis, tapi tingkat closingnya gak bagus.
Client saya bisa tau detail seperti ini karena memang dia tau caranya menelusuri lead itu datangnya dari konten iklan yang mana.
Weeeeh kok bisa ya ?
Begitu lah marketing. Tugas kita adalah membuat sebanyak-banyaknya konten iklan. Karena kita tidak tahu dengan pasti bagaimana respon market.
Langkah berikutnya untuk konten iklan adalah dengan membuat varian baru berdasarkan konten iklan yang sudah terbukti mendatangkan penjualan. Namun kali ini client saya ingin fokus sistem follow up dan sales, bagi dia konten iklan sekarang gak urgent banget.
Saya memberikan ide ke client saya yaitu untuk menjual e-course atau webinar sebagai jembatan menuju layanan foto produk yang dia jual. E-course ataupun webinar yang dijual wajib menghadirkan pembicara yang sudah mencapai suatu pencapaian. Misal pengusaha fashion yang dia ini bisa mencapai omset sekian karena visual brandingnya diperbaiki, dulunya asal-asalan. Contoh angle satu ini guys.
Nantinya di akhir e-course ataupun webinar, baru tuh ditawari jasa foto produknya. Harapannya mereka menjadi lebih butuh karena sudah terpapar value. Ooooh ternyata kalo produk aku punya visual branding yang ngangkat, ternyata juga berdampak positif ke penjualan. Mereka akan lebih terdorong untuk beli jasa foto produk.
Selama konsultasi, client saya hanya mengandalkan offline conversion untuk tracking penjualan di dashboard. Kita tahu bahwa akurasinya sangat-sangat minim dan random. Bahkan bisa gak muncul sama sekali.
Client saya ini saya sarankan untuk membuat sistem checkout sendiri yang sesuai dengan kebutuhannya. Karena begini…
Produk jasa seperti client saya ini sering kali client dia request jasa yang tidak pasti. Setiap client pun bisa berbeda beda. Jika menggunakan checkout seperti pada umumnya, jelas tidak memenuhi kebutuhan client saya ini.
Solusinya adalah dengan membuat checkout yang full custom. Lalu setelah checkout terisi, informasinya akan terkirim via Whatsapp customer. Setelah dibayar, makan akan triggering (mengaktifkan si pixel) pixel purchase. Kalo bisa bukan di halaman tapi by event bayarnya tersebut. Gambarnya seperti ini :