Setelah tadi saya melakukan check kewarasan KPI dari client yang ternyata masih kurang waras. Hal selanjutnya yang saya cek adalah website dan landing page. Seketika saya lihat, saya sudah tau apa masalah yang dihadapi oleh client saya. Well, maybe lebih tepatnya bukan masalah tapi blindspot yang client saya tidak bisa melihat.
Website atau landing page yang digunakan oleh client saya ini seperti pada umumnya di wkwk land. Panjang lebar dengan memasukan semua informasi dan produk di dalam satu halaman lalu dengan call to action menuju ke tombol whatsapp.
Menurut pengalaman saya, untuk produk fashion tidak perlu menggunakan cara seperti ini. Cukup menggunakan landing page dalam bentuk halaman produk seperti e-commerce pada umumnya.
Satu hal lagi yang cukup fatal disini adalah…, yaitu tadi itu. Memasukan semua produk dalam satu landing page. Sedangkan iklan yang ditampilkan adalah produk tertentu. Dampaknya adalah orang kan bingung bahkan bisa emosi. Seharusnya, iklan produk a mendarat ke halaman produk a, that’s it.
Apa yang barusan saya sampaikan ternyata disetujui juga oleh simbahnya marketing yaitu Ogilvy. Di bukunya dia bilang kurang lebih begini…
Menyampaikan terlalu banyak informasi dalam suatu iklan itu sama saja dengan tidak menyampaikan.
Karena apa ? itu tadi, membingungkan.
Fokuskan informasinya ke salah satu hal, oke ?
Btw, seingat saya, sudah ada pembahasan tentang studi kasus yang mirip seperti ini ya ?
Bisa dibilang juga ini sudah menjadi suatu pola.
Konten iklan dari segi visual juga perlu diperbaiki. Gak cuman sekedar konten iklan. Branding secara keseluruhan.
Tapi, suatu perbaikan itu sebaiknya berdasarkan data, coba kita lihat dashboard terlebih dahulu.
Dilihat dari dashboard, semua konten iklan yang sedang dilakukan test di satu adset tersebut secara ctr link click tidak ada yang mendapatkan angka yang memukau. Tapi jangan salah juga, bukan berarti ctr link click itu harus diatas sekian persen agar dikatakan bagus. Memang betul, semakin tinggi memang semakin menarik. Karena faktanya, ada client saya yang mendapatkan ctr link click kurang dari 1% tapi penjualannya tetap profitable, bahkan hanya di placement Instagram.
Balik ke client saya yang satu ini…
Bahkan jika dilihat dari adset, ctr link click masih saya kategorikan biasa aja.
Coba kita cek ctr link click per placement.
Placement Facebook aja tidak mendapatkan ctr link click 1%. Secara budget juga memang condong di Facebook. Untuk Instagram, sama juga tidak mencapai 1%.
Berarti apa ?
Menurut saya, dari segi visual memang perlu diperbaiki. Namun, saya berani ngomong ini karena jam terbang. Saya sudah melihat banyak dashboard dan visual. Sudah menjadi pola bagi saya. Kalo visualnya kayak gini, perlu diperbaiki. Kalo visualnya begini, gak urgent diperbaiki.
Saran saya, seminilanya lihat data dulu.
Emangnya, konten iklan client mas, visualnya ada yang salah ?
Untuk memudahkan penjelasan dan jadi lebih paham. Saya gunakan contoh gambar walaupun bukan contoh dari client langsung. Harap maklum rahasia client.
Salah satu konten iklan yang digunakan oleh client saya adalah mockup. Gambarannya seperti gambar diatas itu.
Emang sekarang tahun 2015 guys ? hehe
Padahal client saya ini sudah memiliki brand yang menurut saya sudah cukup oke. Kok bisa-bisanya konten iklan hanya menggunakan mockup.
Selain mockup, client saya menggunakan gambar yang dibuat video. Ini juga kurang oke karena akan timbul persepsi “seadanya”.
Perbaikan yang saya sarankan seperti ini…
Untuk konten iklan, tampilkan visual yang diinginkan oleh target audience. Karena untuk industri fashion itu yang dijual sekarang adalah tampilan atau look juga, ya visual itu. Bisa dibilang salah satu cara untuk mendemokan value produk fashion adalah melalui visual, baik gambar ataupun video.
Contohnya seperti konten iklan berikut.
Ambil contoh dari prepp studio, dari konten iklan yang diiklankan kita sudah melihat visual seperti apa yang ditawarkan oleh brand tersebut. Bahkan pemilihan model dan background sudah dikonsep dengan matang.
Saran untuk client saya juga sama. Ketika orang memakai kaos yang ditawarkan oleh brand client saya. Visual seperti apa yang mereka inginkan. Tampilkan visual tersebut di konten iklan.
Btw, hal seperti ini sudah termasuk dalam pembahasan branding juga. Karena memang konten iklan mau seperti apa itu turunan dari branding.
Saya juga menyarankan untuk menghilangkan cod dari copywriting di konten iklan. Fokus aja dengan mendemokan value produk melalui visual.
Kabar baiknya, client saya bisa mengeksekusi saran saya karena memiliki sumber daya yang memungkinkan.
Selain visual dan konten iklan. Client saya ini saya minta untuk merombak total website menjadi full checkout dari yang sebelumnya hanya sebatas ctwa.
Kebetulan client saya menggunakan berdu. Jadi prosesnya tidak terlalu memakan waktu. Tinggal ganti ke langganan yang seharga 395rb (harga pada saat itu) lalu setup semuanya. Ingat guys, wajib ada payment gateway dan settingan pixel harus benar.
Gambarannya seperti apa untuk hasil rombak client saya ini ?
Pada saat itu kita menggunakan patokan brand https://telusurkultur.com kalian juga bisa menggunakannya. Mau menggunakan patokan brand lain boleh asalkan bukan brand yang menggunakan landing page panjang lebar ada panah-panah. Karena kali ini tujuannya checkout di website.
Nanti yang digunakan sebagai landing page bukan home. Tapi halaman produk yak, ingat halaman produk.